BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di kalangan ulama banyak yang
memperdebatkan persoalan hadis tentang tersih}rnya Nabi S{aw. Mereka mempersoalkan apakah Nabi S}aw yang suci dan ma's}u>m itu bisa terkena sih}r. Jika Nabi Saw bisa terkena sih}r apa tidak mengganggu kenabian dan
kerasulannya, terutama terkait dengan kelayakannya dalam menerima wah}yu dari Alla>h Swt.
Para 'ulama> yang memandang bahwa h}adi<th tersebut s}ah}i>h, mereka dapat menerima kenyataan
bahwa Nabi Muh}ammadS}aw pernah terkena sih}r. 'Ulama> yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain Ima>m al-Bukha>ri>, Ima>m Muslim, Ibnu al-Qayyim dan
lain-lain. Adapun 'ulama> yang menentang h}adi<th tersebut berarti telah menilainya
sebagai h}adi<th yang tidak s}ah}i>h, karena itu mereka menolak berita
bahwa Nabi Saw pernah terkena sih}r. Di antara 'ulama> yang menentang h}adi<th tentang tersih}rnya Nabi S{aw. adalah 'ulama dari kalangan
penganut Mu'tazilah yang dikenal sangat rasionalis. Selain Mu'tazilah, beberapa
'ulama> Sunni> juga ada yang menentang h}adi<th kontroversial ini seperti Abu>Ish}a>q al-Istarbadi< dari madzhab Sha>fi'i<, Abu> Bakr al-Ra>zi< al-Jas}s}a>s> dari madzhab H{anafi< dan Ibn H}azm al-Dhahabi> dari madhhab Z{a>hiri>. Di kalangan 'ulama kontemporer
yang juga menolak keras h}adi<th ini adalah Muh}ammad 'Abduh dan muridnya Rashi>dRid{a>.[1]
Apa alasan 'ulama> yang menentang keabsahan h}adi<th tersebut dan apa pula alasan 'ulama> yang memandang h}adi<th tersebut s}ah}i>h}? Dalam makalah ini, penulis akan
berusaha meneliti h}adi<th tersebut baik dari aspek matan
maupun sanadnya.Sebagai pijakan dalam meneliti apakah suatu h}adi<th dapat dikatakan s}ah}i>h atau tidak.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah
yang menjadi acuan pembahasan dalam makalah ini , yaitu:
1.
Bagaimana
Teks Hadis tentang Nabi saw Terkena Sihir?
2.
Bagaiman
Kritik Matan Hadis Nabi Terkena Sihir?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Matan Hadis MatanHadis dan Tinjauan Sanadnya
Dalam Kitab al-Mu'jam al-Mufahras Li al-faz al-Hadith al-Nabawi[2]
pada kata sahara ditemukan bahwa matanhadith tentang Nabi Saw
terkena sihir dapat dirujuk pada Kitab Shahih al-Bukhari, Sahih Muslim,
dan Musnad Ahmad. Berikut ini akan dipaparkan mengenai matan hadis
tersebut dan tinjauan sanadnya dari ketiga kitab, yakni Sahih al-Bukhari,
Sahih Muslim danMusnad Ahmad:
حدثناإبراهيم بن موسىأخبرنا عيسى بن يونس عن هشام
عن أبيه عن عائشة رضى الله عنها قالت: سحر رسولَ الله صلى الله عليه وسلم رجلٌ من
بنى زريق يقال له لبيد بن الأعصم حتى كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يخيِّل
إليه أنه يفعل الشىء وما فعله, حتى إذا كان ذات يوم أو ذات ليلة وهو عندى لكنَّه
دعا ودعا, ثم قال: ياعائشة أشعرْتِ أن الله أفتانى فيما
اسْتَفتيتُه فيه؟ أتانى رجلان فقعد أحدهما عند رأسى والأخَر عند رجلىّ فقال أحدهما
لصاحبه ماوَجعُ الرجل؟ فقال مَطبوبٌ, قال من طَبّه؟ قال لبيد بن الأعصم, فال فى
أيّ شىء؟ قال فى مُشْطٍ ومُشَاطَةٍ وجُفِّ طَلْعِ نَخْلَةٍ ذَكَرٍ, قال وأين هو؟
قال فى بئر ذَرْوَانَ, فأتاها رسول الله صلى الله عليه وسلم فى ناس من أصحابه فجاء
فقال ياعائشة كأنّ ماءها نُقَاعَةُ الْحِنَّاءِ أوكأنّ رؤوسَ نخلها رؤوسُ
الشياطينِ, قلت يا رسول الله أفلا أَسْتَخْرِجُهُ قال قد عفانى الله فكرهت أن
أُثَوِّرَ على الناس فيه شرا فأمر بها فَدُ فِنَتْ
Artinya:
Al-Bukhari menerima hadis dari Ibrahim b. Musa
dari 'Isa b. Yunus dari Hisham dari ayahnya dari 'Aishah ra, ia berkata: "Rasulullah
Saw disihir oleh seorang laki-laki dari Bani Zurayq yang bernama Labid b.
al-A'sam sehingga Rasulullah Saw berilusi bahwa ia seolah-olah berbuat sesuatu
namun kenyataannya tidak. Lalu pada suatu hari (malam) beliau berada di sisiku,
akan tetapi ia berdoa dan berdoa. Lalu Rasulullah Saw berkata: "Wahai
'Aishah! Aku merasa sesungguhnya Allah membuka pikiranku bagaimana menyembuhkan
sesuatu yang terjadi padaku. Lalu datang kepadaku dua orang lelaki, salah
seorang dari keduanya duduk di dekat kepalaku, dan yang lain duduk di kakiku.
Salah seorang dari mereka berdua berkata kepada temannya: "Apa yang
menimpa orang ini?" Sahabatnya berkata: "Dia terkena
sihir". Ia bertanya lagi: "Siapa yang menyihirnya?" Sahabatnya
menjawab: "Labid b. al-A'sam". Dia bertanya lagi: "Dengan cara
apa?" Sahabatnya menjawab: "Dengan sisir dan bekas rambut yang ada di
sisir dan potongan pelepah kurma". Dia bertanya lagi: "Di
mana?". Sahabatnya menjawab: "Di sumur Dharwan". Maka Rasulullah
Saw dan sejumlah sahabatnya mendatangi sumur itu. Ketika kembali kepada
'Aishah, Rasulullah Saw berkata: "Wahai 'Aishah, seolah-olah airnya
bagaikan campuran air Hinna, dan seolah-olah bagian kepala kurmanya seperti
kepala setan". Aku ('Aishah) bertanya kepada Rasulullah Saw: "Wahai Rasulullah?
Apakah engkau tidak mengeluarkan benda itu?Rasulullah Saw menjawab: Semoga
Allah mengampuniku. Aku takut benda itu akan berpengaruh jahat bagi manusia,
maka Rasulullah Saw memeintahkan untuk menguburnya.
B.
Kontroversi Seputar MatanHadis
Bila dilihat dari aspek sanadnya, para
ulama ahli hadis mengakui kesahihannya.Namun jika dicermati dari aspek matannya,
ulama berbeda pendapat. Dalam hal ini ada yang bisa menerima secara mutlak
dengan alasan bahwa apa yang terjadi pada Nabi Saw juga terjadi pada manusia
lainnya. Sementara ulama yang lain menolak keras mengenai hadis tersihrnya Nabi
Saw, karena hal ini dinilainya dapat merendahkan martabat seorang Nabi. Di
antara 'ulama yang menentang hadis tentang tersihrnya Nabi Saw. adalah seluruh
'ulama penganut Mu'tazilah yang dikenal sangat rasionalis. Selain Mu'tazilah,
beberapa 'ulama Sunni juga ada yang menentang hadiskontroversial ini seperti
AbuIshaq al-Istarbadi dari madzhab Shafi'i, Abu Bakr al-Razi al-Jassas
dari madzhab Hanafi dan Ibn Hazm al-Dhahabi dari madhhab Dhahiri. Di kalangan
'ulama kontemporer yang juga menolak keras hadith ini adalah Muhammad 'Abduh
dan muridnya Rashid Rida.[3]
Berikut ini beberapa alasan ulama yang menolak
keras terhadap kesahihan matanhadith tentang tersihirnya Nabi Saw:
1.
Peristiwa tersihirnya Nabi Saw, secara rasional
akan dapat menggoncang makna kenabiannya dan menimbulkan keraguan bagi kaumnya.
Dengan tersihirnya Nabi Saw dan sihir berhasil menguasainya, sehingga Nabi Saw
berhalusinasi tentang sihir seolah-olah dia berbuat sesuatu padahal sebenarnya
tidak…, berita seperti ini akan menurunkan martabatnya sebagai seorang Nabi sebagai
penerima wahyu dari Allah Swt dan ini bertentangan dengan kemu'jizatan Nabi
Saw.[4]
2.
Seandainya Nabi Saw dapat disihir, secara tidak
langsung hal itu membenarkan perkataan orang kafir, sebagaimana yang tertuang
dalam QS.al-Furqan, 8:
إن تتبعون إلا
رجلا مسحورا
"Kamu
sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang terkena sihir".
Jika Nabi Saw bisa terkena sihir berarti dia lemah seperti yang lain, dan tidak
layak menjadi seorang Nabi.[5]
3.
Jika Nabi Saw bisa terkena sihir berarti hal
ini bertentangan dengan firman Allah Swt yang menyatakan bahwa Allah Swt akan
selalu melindungi Nabi-Nya.
والله يعصمك من
الناس إنّ الله لا يهدي القوم الكافرين
"Allah akan
memelihara (melindungi) kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang kafir"[6]
Para ulama ahli hadis yang memandang hadis
tersebut sahih.seperti Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Qutaybah, Ibn
al-Qayyim dan lain-lain pada umumnya berpegangan kepada ittisal al-sanad
dan kualitasnya yang benar-benar sahih.. Adapun matanhadisnya, menurut
ulama yang dapat menerima peristiwa tersihirnya Nabi Saw, mereka dapat
memahaminya dan sekaligus membantah anggapan sebagian ulama yang menolaknya,
yakni sebagai berikut:
1)
Kejadian yang menimpa diri Rasulullah Saw, yakni
terkena sihir, sebenarnya merupakan gejala yang biasa menimpa manusia pada
umumnya, seperti terkena sakit dan halusinasi. Sihir yang menimpanya bagai
penyakit yang dengan kehendak Allah lalu disembuhkan. Ini bukan perkara aneh,
yang mengandung nilai kekurangan bagi seorang Nabi, seperti rasa pusing,
kakinya robek atau tubuhnya terluka. Peristiwa tersihirnya Nabi Saw ini sama
dengan peristiwa yang pernah dialami oleh Nabi Musa as yang juga diserang
halusinansi saat berhadapan dengan para tukang sihir Fir'aun, tetapi Nabi Musa
masih tetap dapat menerima wahyu dari Allah berupa petunjuk untuk melemparkan
tongkat yang ada di tangannya, sehingga dapat mengalahkan semua tukang sihir
yang ada[7].
Jadi apa beda antara kedua halusinasi tersebut? Dapat dikatakan bahwa semua
kejadian yang dialami oleh kedua Nabi tersebut sama dengan Nabi-nabi lainnya.
Ini merupakan ujian untuk menambah derajat mereka di sisi Allah. Hal ini wajar
terjadi bagi hamba-hamba Allah yang s}alih dan bersungguh-sungguh.[8]
2)
Pandangan bahwa sihir yang menimpa Rasulullah
Saw itu secara langsung membenarkan pernyataan kaum musyrikin…."Kamu
sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang terkena sihir mashuran",[9]
sangat jauh dari kebenaran. Menurut Qatadah yang dikutip oleh al-Qurtubi bahwa
kata "mashuran" dapat bermakna "sahir" atau
penyihir yang membawa perkataan bohong. Dengan demikian lafal "mashuran"
di sini tidak bermakna maf'ul (obyek), tetapi fa'il (subyek).[10]
Pendapat ini diperkuat oleh Abu Tahir b.Ya'qub al-Fayruz Abadi bahwa lafal
tersebut bermakna penyihir atau orang yang mengetahui banyak tentang sihir.
Lebih jauh ia menerangkan, lihatlah bagaimana mereka (orang kafir) membuat
perumpamaan bagimu (Muhammad). Mereka telah menyamakanmu dengan penyair,
penyihir, dukun, peramal dan orang gila. Mereka benar-benar sesat dari jalan
kebenaran.[11]
Al-Hafiz Ibn
Kathir berpendapat, maksud ayat "Mereka para orang kafir berbohong kepada
kamu", yaitu perkataan penyihir menjadi tersihir, menjadi gila dan lain
sebagainya yang merupakan ungkapan batil. Kebohongan dan kedustaan mereka
berlandaskan akan pemahaman dan pemikiran yang
rendah.[12]
Dengan
demikian, isi ayat ini menerangkan bahwa orang kafir memberi gelar kepada Nabi Saw
sebagai seorang penyihir atau pengajar sihir.Dari sini maka gugurlah anggapan
orang-orang yang menolak dengan dalil di atas.
3)
Menanggapi pernyataan orang yang menolak hadis
tersihirnya Nabi Saw dengan alasan bertentangan dengan ayat al-Qur'an, yakni
"Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia",[13]
dijawab dengan penjelasan sebagai berikut:
Kalau kita
kembali merujuk pada sebab turunnya ayat ini, jelaslah bahwa maksud ayat ini
tidak seperti yang dipahami oleh kalangan yang menolak terjadinya peristiwa sihir
ini.Pengertian "ismah" (pemeliharaan) di sini adalah Allah Swt
menjaga Nabi Saw dari pembunuhan.Ini dikhususkan bagi Rasul Saw.Sebab turunnya
ayat ini adalah karena Nabi Saw selalu didampingi oleh pengawal yang selalu
mendampinginya siang dan malam.Para pengawal tersebut berasal dari kerabatnya
sendiri agar kaum Quraish tidak dapat dengan mudah membunuh Nabi Saw. Ketika
ayat ini turun, dia berkata kepada mereka: "Rasanya saat ini tak ada
alasan lagi aku membutuhkan seorang pengawal pribadi, karena Allah akan
menjagaku[14].
Ini menjadi petunjuk yang jelas tentang makna "ismah" di sini,
yaitu perlindungan dari pembunuhan.
Apa
yang terjadi pada peristiwa tersihirnya Nabi Saw hanyalah sebuah halusinasi,
seperti yang terjadi pada Nabi Musa as. Namun, mereka (Nabi Muhammad Saw dan Musa
As) tidak lepas kontrol terhadap apa yang mencengkeram khayalannya.
Pertimbangan logikanya masih tetap berjalan seperti biasanya.Halusinasi ini
juga tidak bertolak belakang dengan makna "ismah" di sini.
Sebab, pada saat mereka berhalusinasi, mereka masih bisa menerima wahyu
dari Allah Swt. Bahkan mereka mampu melaksanakan apa yang diperintahkan oleh
Allah Swt. Dengan begitu "ismah" di sini bisa berhubungan
dengan masalah hati, akal dan jiwa.
Dengan demikian, hadis tentang tersihirnya Nabi
Saw, yang dengan perlindungan Allah Swt kemudian Nabi Saw terbebas dari
pengaruh sihir itu, tidaklah bertentangan dengan prinsip Islam tentang "ismah".
Untuk memperkuat hadis tentang peristiwa
tersihirnya Nabi Saw tersebut, berdasarkan kajian asbab nuzul
al-mu'awwidhatayn, diriwayatkan oleh Imam al-Bayhaqi dari al-Kalbi dari Abi
Salih dari Ibn 'Abbas ra bahwasanya Nabi Saw pernah terkena sihir hingga terasa
sakit. Melalui petunjuk Malaikat, Nabi mengetahui bahwasanya yang menyihirnya
adalah Labid bin al-A'sam seorang Yahudi. Setelah itu Nabi Saw menyuruh 'Alib.
Abi Talib, Zubayr b. al-'Awwam dan 'Ammar b. Yasir untuk menggali bungkusan
(ramuan sihir ) yang terpendam di dalam sumur terhimpit batu. Setelah bungkusan
berhasil dikeluarkan dan dibuka, ternyata isinya adalah guntingan rambut Nabi
Saw, patahan sisir, dan sebuah potongan kayu yang diikat dengan 11 (sebelas)
buah ikatan dan tiap ikatan ditusuk dengan jarum. Lalu Allah menurunkan suratal-Falaq
dan al-Nas yang jumlah ayat dari keduanya sebanyak 11 ayat. Setiap satu
ayat dibaca dan dicabut jarumnya serta dibuka talinya, Nabi Saw terasa
ringan.Akhirnya dibacakan seluruh ayat yang sebelas itu dan dicabut seluruh
jarum dan dibuka tali-tali yang sebelas itu.Akhirnya Nabi Saw mengalami
kesembuhan berkat pertolongan Allah Swt.[15]
BAB
III
PENUTUP
H}adi>th tentang tersihirnya Nabi Muh}ammad Saw memang telah menjadi bahan
perdebatan di kalangan ulama. Sebagian ulama menolak keras keberadaan h}adi>th tersebut alias tidak mengakui kes}ah}ih}annya, karena dianggap bertentangan
dengan al-Qur'an, akal sehat dan prinsip-prinsip ajaran Islam. Sementara ulama
yang lain berpendapat bahwa h}adi>th tersebut benar-benar ada dan s}ah}i>h> dari Nabi Saw, baik ditinjau dari
aspek sanad maupun matannya.
Jika dicermati lebih jauh, h}adi>th yang menceritakan tersihirnya Nabi Muh}ammad Saw tersebut adalah h}adi>th yang tidak diragukan lagi kes}ah}i>hannya. Selain diriwayatkan oleh Imam
Ah}mad dengan sanad yang bersambung
dan seluruh perawinya thiqqah, H}adi>th tersebut juga telah diriwayatkan
dan disepakati oleh dua ulama ahli h}adi>th yang paling terpercaya di kalangan
ahli h}adi>th, yaitu Imam al-Bukhari dan Imam
Muslim. Para perawi yang menjadi rentetan sanadnya semuanya bersambung
hingga 'Aishah ra. Dan semuanya telah diakui oleh para kritikus h}adi>th sebagai orang-orang yang thiqqah.
Sementara dari aspek matannya, yang oleh sebagian ulama dinilai
bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, sebenarnya masih dalam
batas-batas kewajaran. Adalah wajar jika Nabi Saw mengalami sakit seperti orang
lain pada umumnya. Jika Nabi Saw terkena sihir, sebenarnya sihir yang ditujukan
kepada dirinya tidaklah sampai membawa bahaya.Sihir itu hanya membuat Nabi Saw
berhalusinasi seakan-akan melakukan sesuatu padahal tidak. Setelah mendapat
pertolongan dari Allah, sihir itu tidak bereaksi lebih lanjut, tetapi hilang
berkat perlindungan dari Allah Swt. Peristiwa berhalusinasi yang dialami Nabi
Saw juga pernah dialami oleh Nabi Musa as ketika berhadapan dengan para tukang
sihir Fir'aun. Saat itu Musa as juga berhasil mengalahkan tipu daya para tukang
sihir berkat perlindungan dari Allah Swt. Dengan demikian, sebenarnya peristiwa
tersihirnya Nabi Saw hanyalah peristiwa biasa yang juga pernah terjadi pada
Nabi yang lain dan manusia pada umumnya.
Daftar Pustaka
Al-Sukri, Abd al-Salam.Bedah Tuntas Sihir, terj. Tirmidzi
dan Sari Narulita ( Jakarta: Pustaka Qalami, 2004)
Weinsink, AJ.al-Mu'jam al-Mufahras Li al-faz al-Hadithal-Nabawi,
Vol.II (Leiden: EJ.Brill, 1936)
Rasyid Rida, Muhammad.Tafsir
al-Manar, Vol.IX (Beyrut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1999),
Al-Qurtubi, al-Jami' Li Ahkam
al-Qur'an, Vol.V, 3888.
Al-Fayuz Abadi, Abu Tahir binYa'qub.Tanwir
al-Miqbas Min Tafsir Ibn 'Abbas (tp: Dar al-Fikr, tt)
Katsir, Ibnu.Tafsir al-Quran
al-Azim, Vol. V (Beyrut: Dar al-Fikr, 1970)
Al-Wahidi, Abu al-Hasan 'Ali bin
Ahmad.Asbab al-Nuzul (Beyrut: Dar al-Fikr, 1988)
al-Suyuti, "Kitab Lubab
al-Nuqul Fi Asbab al-Nuzul" dalam Ahmad al-Sawi, Hashiyah al-Sawi 'Ala
Tafsir al-Jalalayn, Vol.VI (Beyrut: Dar al-Fikr, 1988)
[1]Abd al-Salam
al-Sukri, Bedah Tuntas Sihir, terj. Tirmidzi dan Sari Narulita (
Jakarta: Pustaka Qalami, 2004), 108.
[2]AJ. Weinsink,al-Mu'jam
al-Mufahras Li al-fa>z} al-H}adi>thal-Nabawi>, Vol.II (Leiden:
EJ.Brill, 1936), 434.
[3]al-Sukri, Bedah
Tuntas Sihir, 108.
[4]Muhammad Rashid
Rida, Tafsir al-Manar, Vol.IX (Beyrut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1999),
50.
[5] Baca Ibn
al-Qayyim, al-Tafsir al-Qayyim (Beyrut: Dar al-Kutub al-"Ilmiyah,
tt), 566.
[6]Baca QS.Al-Maidah
ayat 67.
[7] Musa berkata:
"Silakan kamu melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan
tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa (berhalusinasi) seakan-akan ia
merayap cepat lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. QS.
Taha, 66-67. Selanjutnya Allah berfirman (memerintahkan) kepada Nabi Musa:
"Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan
apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu
daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana
saja ia datang. Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya
berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa" .QS. Taha,
69-70.
[8]al-Sukri, Bedah
Tuntas Sihir, 126.
[9] QS. Al-Furqan,
8.
[10]Al-Qurtubi, al-Jami'
Li Ahkam al-Qur'an, Vol.V, 3888.sebagaimana dikutip oleh al-Sukri, Bedah
Tuntas, 115.
[11] Abu Tahir b.Ya'qub
al-Fayruz Abadi, Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibn 'Abbas (tp: Da>r
al-Fikr, tt), 301.
[12] Ibnu Kathir, Tafsir
al-Quran al-Azim, Vol. V (Beyrut: Dar al-Fikr, 1970), , I 37.
[13]Baca QS.Al-Maidah
ayat 67.
[14] Abu al-Hasan
'Ali b. Ahmad al-Wah}idi>, Asba>b al-Nuzu>l (Beyru>t:
Da>r al-Fikr, 1988), 135.
[15]Baca
al-Suyut}i, "Kitab Lubab al-Nuqul Fi Asbab al-Nuzul" dalam Ahmad
al-Sawi, Hashiyah al-Sawi 'Ala Tafsir al-Jalalayn, Vol.VI (Beyrut: Dar
al-Fikr, 1988), 511. Baca juga al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, 310
Tidak ada komentar:
Posting Komentar