Kamis, 08 Desember 2016

HADIS KONTROVERSIAL TENTANG NABI MUHAMMAD SAW TERKENA SIHIR



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Di kalangan ulama banyak yang memperdebatkan persoalan hadis tentang tersih}rnya Nabi S{aw. Mereka mempersoalkan apakah Nabi S}aw yang suci dan ma's}u>m itu bisa terkena sih}r. Jika Nabi Saw bisa terkena sih}r apa tidak mengganggu kenabian dan kerasulannya, terutama terkait dengan kelayakannya dalam menerima wah}yu dari Alla>h Swt.
Para 'ulama> yang memandang bahwa h}adi<th tersebut s}ah}i>h, mereka dapat menerima kenyataan bahwa Nabi Muh}ammadS}aw pernah terkena sih}r. 'Ulama> yang termasuk dalam kelompok ini antara lain Ima>m al-Bukha>ri>, Ima>m Muslim, Ibnu al-Qayyim dan lain-lain. Adapun 'ulama> yang menentang h}adi<th tersebut berarti telah menilainya sebagai h}adi<th yang tidak s}ah}i>h, karena itu mereka menolak berita bahwa Nabi Saw pernah terkena sih}r. Di antara 'ulama> yang menentang h}adi<th tentang tersih}rnya Nabi S{aw. adalah 'ulama dari kalangan penganut Mu'tazilah yang dikenal sangat rasionalis. Selain Mu'tazilah, beberapa 'ulama> Sunni> juga ada yang menentang h}adi<th kontroversial ini seperti Abu>Ish}a>q al-Istarbadi< dari madzhab Sha>fi'i<, Abu>  Bakr al-Ra>zi< al-Jas}s}a>s> dari madzhab H{anafi< dan Ibn H}azm al-Dhahabi> dari madhhab Z{a>hiri>. Di kalangan 'ulama kontemporer yang juga menolak keras h}adi<th ini adalah Muh}ammad 'Abduh dan muridnya Rashi>dRid{a>.[1]
Apa alasan 'ulama> yang menentang keabsahan h}adi<th tersebut dan apa pula alasan 'ulama> yang memandang h}adi<th tersebut s}ah}i>h}? Dalam makalah ini, penulis akan berusaha meneliti h}adi<th tersebut baik dari aspek matan maupun sanadnya.Sebagai pijakan dalam meneliti apakah suatu h}adi<th dapat dikatakan s}ah}i>h atau tidak.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang menjadi acuan pembahasan dalam makalah ini , yaitu:
1.      Bagaimana Teks Hadis tentang Nabi saw Terkena Sihir?
2.      Bagaiman Kritik Matan Hadis Nabi Terkena Sihir?
  

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Matan Hadis MatanHadis dan Tinjauan Sanadnya
Dalam Kitab al-Mu'jam al-Mufahras Li al-faz al-Hadith al-Nabawi[2] pada kata sahara ditemukan bahwa matanhadith tentang Nabi Saw terkena sihir dapat dirujuk pada Kitab Shahih al-Bukhari, Sahih Muslim, dan Musnad Ahmad.  Berikut ini akan dipaparkan mengenai matan hadis tersebut dan tinjauan sanadnya dari ketiga kitab, yakni Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim danMusnad Ahmad:
حدثناإبراهيم بن موسىأخبرنا عيسى بن يونس عن هشام عن أبيه عن عائشة رضى الله عنها قالت: سحر رسولَ الله صلى الله عليه وسلم رجلٌ من بنى زريق يقال له لبيد بن الأعصم حتى كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يخيِّل إليه أنه يفعل الشىء وما فعله, حتى إذا كان ذات يوم أو ذات ليلة وهو عندى لكنَّه دعا ودعا, ثم قال: ياعائشة أشعرْتِ أن الله أفتانى فيما اسْتَفتيتُه فيه؟ أتانى رجلان فقعد أحدهما عند رأسى والأخَر عند رجلىّ فقال أحدهما لصاحبه ماوَجعُ الرجل؟ فقال مَطبوبٌ, قال من طَبّه؟ قال لبيد بن الأعصم, فال فى أيّ شىء؟ قال فى مُشْطٍ ومُشَاطَةٍ وجُفِّ طَلْعِ نَخْلَةٍ ذَكَرٍ, قال وأين هو؟ قال فى بئر ذَرْوَانَ, فأتاها رسول الله صلى الله عليه وسلم فى ناس من أصحابه فجاء فقال ياعائشة كأنّ ماءها نُقَاعَةُ الْحِنَّاءِ أوكأنّ رؤوسَ نخلها رؤوسُ الشياطينِ, قلت يا رسول الله أفلا أَسْتَخْرِجُهُ قال قد عفانى الله فكرهت أن أُثَوِّرَ على الناس فيه شرا فأمر بها فَدُ فِنَتْ
Artinya:
Al-Bukhari menerima hadis dari Ibrahim b. Musa dari 'Isa b. Yunus dari Hisham dari ayahnya dari 'Aishah ra, ia berkata: "Rasulullah Saw disihir oleh seorang laki-laki dari Bani Zurayq yang bernama Labid b. al-A'sam sehingga Rasulullah Saw berilusi bahwa ia seolah-olah berbuat sesuatu namun kenyataannya tidak. Lalu pada suatu hari (malam) beliau berada di sisiku, akan tetapi ia berdoa dan berdoa. Lalu Rasulullah Saw berkata: "Wahai 'Aishah! Aku merasa sesungguhnya Allah membuka pikiranku bagaimana menyembuhkan sesuatu yang terjadi padaku. Lalu datang kepadaku dua orang lelaki, salah seorang dari keduanya duduk di dekat kepalaku, dan yang lain duduk di kakiku. Salah seorang dari mereka berdua berkata kepada temannya: "Apa yang menimpa orang ini?"  Sahabatnya berkata: "Dia terkena sihir". Ia bertanya lagi: "Siapa yang menyihirnya?" Sahabatnya menjawab: "Labid b. al-A'sam". Dia bertanya lagi: "Dengan cara apa?" Sahabatnya menjawab: "Dengan sisir dan bekas rambut yang ada di sisir dan potongan pelepah kurma". Dia bertanya lagi: "Di mana?". Sahabatnya menjawab: "Di sumur Dharwan". Maka Rasulullah Saw dan sejumlah sahabatnya mendatangi sumur itu. Ketika kembali kepada 'Aishah, Rasulullah Saw berkata: "Wahai 'Aishah, seolah-olah airnya bagaikan campuran air Hinna, dan seolah-olah bagian kepala kurmanya seperti kepala setan". Aku ('Aishah) bertanya kepada Rasulullah Saw: "Wahai Rasulullah? Apakah engkau tidak mengeluarkan benda itu?Rasulullah Saw menjawab: Semoga Allah mengampuniku. Aku takut benda itu akan berpengaruh jahat bagi manusia, maka Rasulullah Saw memeintahkan untuk menguburnya.

B.  Kontroversi Seputar MatanHadis
Bila dilihat dari aspek sanadnya, para ulama ahli hadis mengakui kesahihannya.Namun jika dicermati dari aspek matannya, ulama berbeda pendapat. Dalam hal ini ada yang bisa menerima secara mutlak dengan alasan bahwa apa yang terjadi pada Nabi Saw juga terjadi pada manusia lainnya. Sementara ulama yang lain menolak keras mengenai hadis tersihrnya Nabi Saw, karena hal ini dinilainya dapat merendahkan martabat seorang Nabi. Di antara 'ulama yang menentang hadis tentang tersihrnya Nabi Saw. adalah seluruh 'ulama penganut Mu'tazilah yang dikenal sangat rasionalis. Selain Mu'tazilah, beberapa 'ulama Sunni juga ada yang menentang hadiskontroversial ini seperti AbuIshaq al-Istarbadi dari madzhab Shafi'i, Abu  Bakr al-Razi al-Jassas dari madzhab Hanafi dan Ibn Hazm al-Dhahabi dari madhhab Dhahiri. Di kalangan 'ulama kontemporer yang juga menolak keras hadith ini adalah Muhammad 'Abduh dan muridnya Rashid Rida.[3]
Berikut ini beberapa alasan ulama yang menolak keras terhadap kesahihan matanhadith tentang tersihirnya Nabi Saw:
1.      Peristiwa tersihirnya Nabi Saw, secara rasional akan dapat menggoncang makna kenabiannya dan menimbulkan keraguan bagi kaumnya. Dengan tersihirnya Nabi Saw dan sihir berhasil menguasainya, sehingga Nabi Saw berhalusinasi tentang sihir seolah-olah dia berbuat sesuatu padahal sebenarnya tidak…, berita seperti ini akan menurunkan martabatnya sebagai seorang Nabi sebagai penerima wahyu dari Allah Swt dan ini bertentangan dengan kemu'jizatan Nabi Saw.[4]
2.      Seandainya Nabi Saw dapat disihir, secara tidak langsung hal itu membenarkan perkataan orang kafir, sebagaimana yang tertuang dalam QS.al-Furqan, 8:
إن تتبعون إلا رجلا مسحورا
"Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang terkena sihir". Jika Nabi Saw bisa terkena sihir berarti dia lemah seperti yang lain, dan tidak layak menjadi seorang Nabi.[5]

3.      Jika Nabi Saw bisa terkena sihir berarti hal ini bertentangan dengan firman Allah Swt yang menyatakan bahwa Allah Swt akan selalu melindungi Nabi-Nya.
والله يعصمك من الناس إنّ الله لا يهدي القوم الكافرين
      "Allah akan memelihara (melindungi) kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir"[6]

Para ulama ahli hadis yang memandang hadis tersebut sahih.seperti Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Qutaybah, Ibn al-Qayyim dan lain-lain pada umumnya berpegangan kepada ittisal al-sanad dan kualitasnya yang benar-benar sahih.. Adapun matanhadisnya, menurut ulama yang dapat menerima peristiwa tersihirnya Nabi Saw, mereka dapat memahaminya dan sekaligus membantah anggapan sebagian ulama yang menolaknya, yakni sebagai berikut:
1)      Kejadian yang menimpa diri Rasulullah Saw, yakni terkena sihir, sebenarnya merupakan gejala yang biasa menimpa manusia pada umumnya, seperti terkena sakit dan halusinasi. Sihir yang menimpanya bagai penyakit yang dengan kehendak Allah lalu disembuhkan. Ini bukan perkara aneh, yang mengandung nilai kekurangan bagi seorang Nabi, seperti rasa pusing, kakinya robek atau tubuhnya terluka. Peristiwa tersihirnya Nabi Saw ini sama dengan peristiwa yang pernah dialami oleh Nabi Musa as yang juga diserang halusinansi saat berhadapan dengan para tukang sihir Fir'aun, tetapi Nabi Musa masih tetap dapat menerima wahyu dari Allah berupa petunjuk untuk melemparkan tongkat yang ada di tangannya, sehingga dapat mengalahkan semua tukang sihir yang ada[7]. Jadi apa beda antara kedua halusinasi tersebut? Dapat dikatakan bahwa semua kejadian yang dialami oleh kedua Nabi tersebut sama dengan Nabi-nabi lainnya. Ini merupakan ujian untuk menambah derajat mereka di sisi Allah. Hal ini wajar terjadi bagi hamba-hamba Allah yang s}alih dan bersungguh-sungguh.[8]
2)      Pandangan bahwa sihir yang menimpa Rasulullah Saw itu secara langsung membenarkan pernyataan kaum musyrikin…."Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang terkena sihir mashuran",[9] sangat jauh dari kebenaran. Menurut Qatadah yang dikutip oleh al-Qurtubi bahwa kata "mashuran" dapat bermakna "sahir" atau penyihir yang membawa perkataan bohong. Dengan demikian lafal "mashuran"  di sini tidak bermakna maf'ul (obyek), tetapi fa'il (subyek).[10] Pendapat ini diperkuat oleh Abu Tahir b.Ya'qub al-Fayruz Abadi bahwa lafal tersebut bermakna penyihir atau orang yang mengetahui banyak tentang sihir. Lebih jauh ia menerangkan, lihatlah bagaimana mereka (orang kafir) membuat perumpamaan bagimu (Muhammad). Mereka telah menyamakanmu dengan penyair, penyihir, dukun, peramal dan orang gila. Mereka benar-benar sesat dari jalan kebenaran.[11]
Al-Hafiz Ibn Kathir berpendapat, maksud ayat "Mereka para orang kafir berbohong kepada kamu", yaitu perkataan penyihir menjadi tersihir, menjadi gila dan lain sebagainya yang merupakan ungkapan batil. Kebohongan dan kedustaan mereka berlandaskan akan pemahaman dan pemikiran yang rendah.[12]
Dengan demikian, isi ayat ini menerangkan bahwa orang kafir memberi gelar kepada Nabi Saw sebagai seorang penyihir atau pengajar sihir.Dari sini maka gugurlah anggapan orang-orang yang menolak dengan dalil di atas.
3)      Menanggapi pernyataan orang yang menolak hadis tersihirnya Nabi Saw dengan alasan bertentangan dengan ayat al-Qur'an, yakni "Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia",[13] dijawab dengan penjelasan sebagai berikut:
Kalau kita kembali merujuk pada sebab turunnya ayat ini, jelaslah bahwa maksud ayat ini tidak seperti yang dipahami oleh kalangan yang menolak terjadinya peristiwa sihir ini.Pengertian "ismah" (pemeliharaan) di sini adalah Allah Swt menjaga Nabi Saw dari pembunuhan.Ini dikhususkan bagi Rasul Saw.Sebab turunnya ayat ini adalah karena Nabi Saw selalu didampingi oleh pengawal yang selalu mendampinginya siang dan malam.Para pengawal tersebut berasal dari kerabatnya sendiri agar kaum Quraish tidak dapat dengan mudah membunuh Nabi Saw. Ketika ayat ini turun, dia berkata kepada mereka: "Rasanya saat ini tak ada alasan lagi aku membutuhkan seorang pengawal pribadi, karena Allah akan menjagaku[14]. Ini menjadi petunjuk yang jelas tentang makna "ismah" di sini, yaitu perlindungan dari pembunuhan.
Apa yang terjadi pada peristiwa tersihirnya Nabi Saw hanyalah sebuah halusinasi, seperti yang terjadi pada Nabi Musa as. Namun, mereka (Nabi Muhammad Saw dan Musa As) tidak lepas kontrol terhadap apa yang mencengkeram khayalannya. Pertimbangan logikanya masih tetap berjalan seperti biasanya.Halusinasi ini juga tidak bertolak belakang dengan makna "ismah" di sini. Sebab, pada saat mereka berhalusinasi,  mereka masih bisa menerima wahyu dari Allah Swt. Bahkan mereka mampu melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt. Dengan begitu "ismah" di sini bisa berhubungan dengan masalah hati, akal  dan jiwa.
Dengan demikian, hadis tentang tersihirnya Nabi Saw, yang dengan perlindungan Allah Swt kemudian Nabi Saw terbebas dari pengaruh sihir itu, tidaklah bertentangan dengan prinsip Islam tentang "ismah".
Untuk memperkuat hadis tentang peristiwa tersihirnya Nabi Saw tersebut, berdasarkan kajian asbab nuzul al-mu'awwidhatayn, diriwayatkan oleh Imam al-Bayhaqi dari al-Kalbi dari Abi Salih dari Ibn 'Abbas ra bahwasanya Nabi Saw pernah terkena sihir hingga terasa sakit. Melalui petunjuk Malaikat, Nabi mengetahui bahwasanya yang menyihirnya adalah Labid bin al-A'sam seorang Yahudi. Setelah itu Nabi Saw menyuruh 'Alib. Abi Talib, Zubayr b. al-'Awwam dan 'Ammar b. Yasir untuk menggali bungkusan (ramuan sihir ) yang terpendam di dalam sumur terhimpit batu. Setelah bungkusan berhasil dikeluarkan dan dibuka, ternyata isinya adalah guntingan rambut Nabi Saw, patahan sisir, dan sebuah potongan kayu yang diikat dengan 11 (sebelas) buah ikatan dan tiap ikatan ditusuk dengan jarum. Lalu Allah menurunkan suratal-Falaq dan al-Nas yang jumlah ayat dari keduanya sebanyak 11 ayat. Setiap satu ayat dibaca dan dicabut jarumnya serta dibuka talinya, Nabi Saw terasa ringan.Akhirnya dibacakan seluruh ayat yang sebelas itu dan dicabut seluruh jarum dan dibuka tali-tali yang sebelas itu.Akhirnya Nabi Saw mengalami kesembuhan berkat pertolongan Allah Swt.[15]


BAB III
PENUTUP
H}adi>th tentang tersihirnya Nabi Muh}ammad Saw memang telah menjadi bahan perdebatan di kalangan ulama. Sebagian ulama menolak keras keberadaan h}adi>th tersebut alias tidak mengakui kes}ah}ih}annya, karena dianggap bertentangan dengan al-Qur'an, akal sehat dan prinsip-prinsip ajaran Islam. Sementara ulama yang lain berpendapat bahwa h}adi>th tersebut benar-benar ada dan s}ah}i>h> dari Nabi Saw, baik ditinjau dari aspek sanad maupun matannya.
            Jika dicermati lebih jauh, h}adi>th yang menceritakan tersihirnya Nabi Muh}ammad Saw tersebut adalah h}adi>th yang tidak diragukan lagi kes}ah}i>hannya. Selain diriwayatkan oleh Imam Ah}mad dengan sanad yang bersambung dan seluruh perawinya thiqqah, H}adi>th tersebut juga telah diriwayatkan dan disepakati oleh dua ulama ahli h}adi>th yang paling terpercaya di kalangan ahli h}adi>th, yaitu Imam al-Bukhari dan Imam Muslim. Para perawi yang menjadi rentetan sanadnya semuanya bersambung hingga 'Aishah ra. Dan semuanya telah diakui oleh para kritikus h}adi>th sebagai orang-orang yang thiqqah. Sementara dari aspek matannya, yang oleh sebagian ulama dinilai bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, sebenarnya masih dalam batas-batas kewajaran. Adalah wajar jika Nabi Saw mengalami sakit seperti orang lain pada umumnya. Jika Nabi Saw terkena sihir, sebenarnya sihir yang ditujukan kepada dirinya tidaklah sampai membawa bahaya.Sihir itu hanya membuat Nabi Saw berhalusinasi seakan-akan melakukan sesuatu padahal tidak. Setelah mendapat pertolongan dari Allah, sihir itu tidak bereaksi lebih lanjut, tetapi hilang berkat perlindungan dari Allah Swt. Peristiwa berhalusinasi yang dialami Nabi Saw juga pernah dialami oleh Nabi Musa as ketika berhadapan dengan para tukang sihir Fir'aun. Saat itu Musa as juga berhasil mengalahkan tipu daya para tukang sihir berkat perlindungan dari Allah Swt. Dengan demikian, sebenarnya peristiwa tersihirnya Nabi Saw hanyalah peristiwa biasa yang juga pernah terjadi pada Nabi yang lain dan manusia pada umumnya.


Daftar Pustaka
Al-Sukri, Abd al-Salam.Bedah Tuntas Sihir, terj. Tirmidzi dan Sari Narulita ( Jakarta: Pustaka Qalami, 2004)
Weinsink, AJ.al-Mu'jam al-Mufahras Li al-faz al-Hadithal-Nabawi, Vol.II (Leiden: EJ.Brill, 1936)
Rasyid Rida, Muhammad.Tafsir al-Manar, Vol.IX (Beyrut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1999),
Al-Qurtubi, al-Jami' Li Ahkam al-Qur'an, Vol.V, 3888.
Al-Fayuz Abadi, Abu Tahir binYa'qub.Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibn 'Abbas (tp: Dar al-Fikr, tt)
Katsir, Ibnu.Tafsir al-Quran al-Azim, Vol. V (Beyrut: Dar al-Fikr, 1970)
Al-Wahidi, Abu al-Hasan 'Ali bin Ahmad.Asbab al-Nuzul (Beyrut: Dar al-Fikr, 1988)
al-Suyuti, "Kitab Lubab al-Nuqul Fi Asbab al-Nuzul" dalam Ahmad al-Sawi, Hashiyah al-Sawi 'Ala Tafsir al-Jalalayn, Vol.VI (Beyrut: Dar al-Fikr, 1988)


[1]Abd al-Salam al-Sukri, Bedah Tuntas Sihir, terj. Tirmidzi dan Sari Narulita ( Jakarta: Pustaka Qalami, 2004), 108.
[2]AJ. Weinsink,al-Mu'jam al-Mufahras Li al-fa>z} al-H}adi>thal-Nabawi>, Vol.II (Leiden: EJ.Brill, 1936), 434.
[3]al-Sukri, Bedah Tuntas Sihir, 108.
[4]Muhammad Rashid Rida, Tafsir al-Manar, Vol.IX (Beyrut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1999), 50.
[5] Baca Ibn al-Qayyim, al-Tafsir al-Qayyim (Beyrut: Dar al-Kutub al-"Ilmiyah, tt), 566.
[6]Baca QS.Al-Maidah ayat 67.
[7] Musa berkata: "Silakan kamu melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa (berhalusinasi) seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. QS. Taha, 66-67. Selanjutnya Allah berfirman (memerintahkan) kepada Nabi Musa: "Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa" .QS. Taha, 69-70.
[8]al-Sukri, Bedah Tuntas Sihir, 126.
[9] QS. Al-Furqan, 8.
[10]Al-Qurtubi, al-Jami' Li Ahkam al-Qur'an, Vol.V, 3888.sebagaimana dikutip oleh al-Sukri, Bedah Tuntas, 115.
[11] Abu Tahir b.Ya'qub al-Fayruz Abadi, Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibn 'Abbas (tp: Da>r al-Fikr, tt), 301.
[12] Ibnu Kathir, Tafsir al-Quran al-Azim, Vol. V (Beyrut: Dar al-Fikr, 1970), , I 37.
[13]Baca QS.Al-Maidah ayat 67.
[14] Abu al-Hasan 'Ali b. Ahmad al-Wah}idi>, Asba>b al-Nuzu>l (Beyru>t: Da>r al-Fikr, 1988), 135.
[15]Baca al-Suyut}i, "Kitab Lubab al-Nuqul Fi Asbab al-Nuzul" dalam Ahmad al-Sawi, Hashiyah al-Sawi 'Ala Tafsir al-Jalalayn, Vol.VI (Beyrut: Dar al-Fikr, 1988), 511. Baca juga al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, 310

Tidak ada komentar:

Posting Komentar