BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setelah psikologi berdiri sendiri, lambat laun para ahli psikologi
memgembangkan sistematika dan metode-metodenya sendiri yang berbeda satu sama
lain. Dengan demikian, timbul apa yang disebut aliran-aliran dalam
psikologi.Psikologi diakui sebagai ilmu mandiri pada akhir abad ke-19. Selama
dua abad sebelumnya, berbagai model dikembangkan mengenai apa yang semestinya
menjadi subjek studi psikologi dan bagaimana studi tersebut dilakukan. Secara
spesifik , selama abad ke-17 dan ke-18, berbagai model psikologi saling
bersaing untuk mendominasi yang lain.
Sejak dahulu aliran-aliran itu sangat penting artinya untuk membina
semangat para ahli dalam berkompetisi mendapatkan penemuan-penemuan baru dan
saling memberikan kritik dan koreksi terhadap aliran-aliran lainnya.Aliran-aliran
itu mengajukan teorinya masing-masing dan banyak diantaranya menjadi dasar dari
teori-teori psikologi modern masa kini. Beberapa aliran yang terkemuka dengan
teorinya masing-masing akan dikemukakan didalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah
yang menjadi acuan pembahasan dalam makalah ini , yaitu:
1.
Apa
yang dimaksud dengan aliran Psikoanalisis ?
2.
Apa
yang dimaksud dengan aliran Behaviorisme ?
3.
Apa
yang dimaksud dengan aliran Humanistik ?
4.
Apa
yang dimaksud dengan aliran Kognitif ?
5.
Bagaimana
Pandangan Islam Terhadap Psikologi dan Aliran-Alirannya?
BAB
II
PEMBAHASAN
Dengan banyaknya pemikiran dan penelitian tentang kejiwaan oleh
para ahli.Dan memunculkan pandangan yang
berbeda dari hasil penelitiannya. Sehingga lahirlah aliran-aliran psikologi
dari para ahli . Dengan demikian ada 4 aliran-aliran psikologi yang terkenal
yaitu :
A.
AliranPsikoanalisis
Aliran psikoanalisis adalah sebuah aliran dalam psikologi yang
manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh-oleh keinginan-keingnan terpendam
(homo valens). Aliran ini didirikan atau dikemukakan oleh Sigmund Freud pada
tahun 1900.Yaitu orang yang pertama berusaha merumuskan psikologi manusia.
Freud memfokuskan pada totalitas
kepribadian manusia. Aliran psikoanalisis tentang manusia ini sangat
kompleks tetapi secara garis besar ada tiga ke-satuan kompleks yang memilki
hubungan timbal balik.
Yang pertama adalah Id (das es), merupakan suatu wadah yang berisi
dorongan-dorongan bawaan yang bersifat primitif dan dorongan-dorongan biologis
manusia (instink).Id bergerak pada bidang kesenangan dan kepuasan. Kedua adalah
ego (das ich), yang menampilkan akal budi dan pikiran, selalu siap menyesuaikan
diri dan mampu mengendalikan dorongan-dorongan
dan menampilkan prinsip realitis (nyata). Ketiga super ego, mempunyai
fungsi untuk mengontrol id agar tidak begitu saja merealisasikan perbuatannya
atau pemuasannya.Atau bisa dikatakan super ego adalah hati nurani manusia.
Menurut Freud dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang normal
maupun orang yang neurotic keadaan tidak sadar (unconscious ideas) bergelut
untuk mengekspresikan dan dapat memotifasi pemikiran ataupun perilaku.[1]
Cirri-ciri aliran psikoanalisis:
1.
Proses
kejiwaan meliputi proses kesadaran dan proses ketidaksadaran.
2.
Menganut
prinsip “psychic determinism” yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat
dalam pikiran seseorang, tidaklah terjadi secara kebetulan, melainkan karena
peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan
dengan peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab-akibat.
3.
Proses-proses
mental yang tidak disadari berfungsi lebih banyak dan lebih penting dalam
kondisi mental baik normal maupun abnormal.[2]
B.
Aliran Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek - aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat,
minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata
melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.[3]
Aliran ini mengemukakan bahwa onbyek psikologi hanyalah perilaku
yang kelihatan nyata dan menolak pendapat sarjana psikologi lain yang
mempelejari tingkah laku yang tidak nampak dari luar. Peletak dasar aliran ini
ialah Petrovich Pavlov (1849-1936) dan William McDougall (1871-1938).
Pavlov adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik dan sangat
anti terhadap psikologi yang dianggap kurang ilmiah.Ia mempunyai peran penting
dalam psikologi behaviourisme karena studinya mengenai refleks didasari aliran
ini. Ia terkenal dengan eksperimen mengenai refleks bersyarat atau refleks
terkondisi yang segala aktivitas kejiwaan pada hakikatnya tidak lain daripada
rangkaian refleks. W. Mc Dougall peletak dasar lainnya pada lairan
behaviourisme, terkenal dengan teori instinknya.Menurutnya, instink adalah
kecenderungan bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu sebagai hasil
pembawaan sejak lahir dan tidak dipelajari sebelumnya. Semua tingkah laku
manusia dapat dikembalikan pada instink yang mendasarinya, misalnya: emosi
takut dasarnya adalah instink melarikan diri;emosi heran dasarnya adalah
instink ingin tahu, dan emosi kasih sayang dasarnya adalah instink orang tua
(parental instinct). Pendiri behaviourisme ialah John Broades Wasto
(1878-1958), yang berpendapat bahwa psikologi harus menjadi ilmu yang objektif
dalam arti harus dipelajari sebagaimana mempelajari ilmu pasti atau ilmi alam.
Oleh karena itu, ia tidak mengakui adanya kesadaran yang dapat diteliti melalui
metode introspeksi yang dianggap tidak objektif dan tidak ilmiah.
C.
Aliran Humanistik
Teori jenis ketiga adalah teori humanistic.Humanism adalah aliran
kemanusiaan, humanism adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan
masalah-masalah, kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan martabat manusiawi.[4]
Adapun orientasinya psikologi humanistic tertuju pada masalah
bagaimana tiap tiap individu dipengaruhi dan di bimbing oleh maksud-maksud
pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka
sendiri.Menurut para pendidik aliran humanistic penyusunan dan penyajian materi
pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
Psikologi humanistik melengkapi aspek-aspek dasar dari aliran
psikoanalisis dan behaviorisme dengan memasukan aspek positif yang menentukan
seperti cinta , kreativitas , nilai makna dan pertumbuhan pribadi. Psikologi
Humanistik banyak mengambil penganut Psikoanalisis Neofreudian. Asumsi dasar
aliran ini yang membedakan dengan aliran lain adalah perhatian pada makna
kehidupan bahwa manusia bukanlah sekedar pelakon tetapi pencari makna kehidupan
Selanjutnya konsep yang menjadikan teori aliran psikologi
humanistik tiada duanya adalah konsep dari tokoh aliran ini yaitu Abraham
Maslow yang menyatakan “studi tentang orang-orang yang mengaktualisasikan
dirinya mutlak menjadi fondasi bagi sebuah ilmu psokologis yang lebih semesta(
Frank Goble).
Ada empat cirri psikologi yang berorientasi humanistic, yaitu:
1.
Memusatkan
perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman
sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2.
Menekankan
pada kualitas-kualitas yang khas seperti kreatifitas, aktualisasi diri, sebagai
lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
3.
Menyandarkan
diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan
prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4.
Memberikan
perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tertinggi pada kemuliaan dan martabat
manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap
individu (Misiak dan Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi
humanistic, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered
therapy.[5]
D.
Aliran Kognitif
Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum
dan mencakup studi ilmiah tentang
gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia
berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui
indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan mental mencakup gejala
kognitif, afektif, konatif sampai pada taraf tertentu, yaitu psikomatis yang
tidak dapat dipisahkan secara tegas satu sama lain. Oleh karena itu, psikologi
kognitif tidak hanya menggali dasar gejala khas kognitif, tetapi juga dari
afektif (penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan), konatif
(keputusan kehendak).[6]
Tokoh-tokohnya antara lain Kohler, Max wertheimer, Kurt Lewin, dan
Bandura. Teori belajar mereka diciptakan berdasarkan percobaan-percobaan
masing-masing yamng tidak sama, tetapi dasar belajar mereka sama, yaitu bahwa
dalam belajar terdapat kemampuan mengukur lingkungan, sehingga lingkungan tidak
otomatis mempengaruhi manusia.
Cirri-ciri aliran Kognitif adalah:
1.
Meningkatkan
apa yang ada dalam diri manusia
2.
Meningkatkan
keseluruhan dari pada bagian-bagian
3.
Meningkatkan
peranan kognitif
4.
Meningkatkan
kondisi waktu sekarang
5.
Mengutamakan
keseimbangan dalam diri manusia
6.
Mengutamakan
“insight” (pengertian).[7]
BAB
III
PENUTUP
1.
Psikoanalisis
Fitur
kunci psikoanalisis dapat diuraikan bahwa semua perilaku manusia berasal dari
sumber tunggal yang memiliki beberapa sebutan, misal insting seks dan isting
kematian, insting-insting tersebut merupakan energy bagi semua fenomena
psikologi, kondisi kehidupan nyata harus mencapai kepuasan, mempelajari tentang
tahapan alam manusia.
2.
Behaviorisme
Secara
garis besar, Behaviorisme mempelajari tentang perbuatan manusia bukan dari
perbuatannya, melainkan hanya mengamati tingkah laku berdasarkan pada
kenyataan.segala perbuatan di kembalikan pada refleks.Behaviorisme secara keras
menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari
psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.
3.
Humanistik
Jadi,
orientasi psikologi humanistic tertuju pada masalah bagaimana tiap tiap
individu dipengaruhi dan di bimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka
hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.Menurut para pendidik
aliran humanistic penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan
perasaan dan perhatian siswa.
4.
Kognitif
Jadi psikologi
kognitif adalah suatu aliran psikologi yg menjelaskan tetang kebaikan bentuk
seperti pembandingan,penutupan,pembedaan berdasarkan figure dan sebuah upaya
untuk menerapkan sebuah pendekatan .Dan teori kognitif menunjukan
bagimanastruktur dari dari sebuah masalah disampaikan mempengaruhiseberapa
mudah masalah itu d selsaikan,dan bahwa menstrukturulang masalah kadang-kadang
memang perlu di lakukan.
[1] Bimo Walgito,
Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2004), Ed. IV., hlm. 76-77
[2]Mustaqim, Ilmu
JIwa Pendidikan, Edisi Revisi, (Semarang: CV. Andalan Kita, 2010), hlm. 59
[3]Abu Ahmad dan
M. Umar, Psikologi Umum, Edisi Revisi, (Semarang: CV. Andalan Kita, 1992), hlm.
27
[4] Kartini
Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung:CV. Pionir Jaya,2000),
hlm. 207
[6] Djaali, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008), Cet. 3, hlm. 62.
[7]Mustaqim, op.cit.,
hlm. 57
Tidak ada komentar:
Posting Komentar