Kamis, 08 Desember 2016

ANALISIS KITAB TAFSIR SAMUDRAH AL-FATIHAH (Karya Bey Arifin)



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Al Qur’an yang dalam memori kolektif kaum muslimin sepanjang abad sebagai kalam Allah, menyebut dirinya sebagai “ petunjuk bagi manusia” dan memberikan “penjelasan atas segala sesuatu” sedemikian rupa sehinggga tidak ada sesuatupun yang ada dalam realitas yang luput dari penjelasannya. Bila diasumsikan bahwa kandungan al Qur’an bersifat universal, berarti aktualitas makna tersebut pada tataran kesejarahan meniscayakan dialog dengan pengalaman manusia dalam konteks waktu.Hal ini juga berlaku dengan kajian tafsir yang ada di Indonesia. Sesuai dengan kondisi sosio-historisnya, Indonesia juga mempunyai perkembangan tersendiri dalam kaitannya dengan proses untuk memahami dan menafsirkan al Qur’an.
Perkembangan penafsiran al Qur’an di Indonesia agak berbeda dengan perkembangan yang terjadi di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya al Qur’an dan sekaligus tempat kelahiran tafsir al-Qur’an.Perbedaan tersebut terutama disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya dan bahasa. Karena bahasa Arab adalah bahasa mereka, maka mereka tidak mengalami kesulitan berarti untuk memahami bahasa al Qur’an sehingga proses penafsiran juga lumayan cepat dan pesat. Hal ini berbeda dengan bangsa Indonesia yang bahasa ibunya bukan bahasa Arab. Karena itu proses pemahaman al Qur’an terlebih dahulu dimulai dengan penerjemahan al Qur’an ke dalam bahasa Indonesia baru kemudian dilanjutkan dengan pemberian penafsiran yang lebih luas dan rinci. Oleh karena itu pula, maka dapat dipahami jika penafsiran al Qur’an di Indonesia melalui proses yang lebih lama jika dibandingkan dengan yang berlaku di tempat asalnya.     
Makalah ini mencoba untuk membahas salah satu kitab tafsir di Indonesiayaitu Samudrah al-Fatihah karya Bey Arifin.maka makalah ini akan menjelaskan secara lebih rinci pada tafsir yangbesifat tematis ini yang memfokuskan kepada  tafsir surah al-Fatihah.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang menjadi acuan pembahasan dalam makalah ini , yaitu:
1.      Bagaimana riwayat hidup Bey Arifin?
2.      Bagaimana sumber tafsir Samudra al-Fatihah?
3.      Bagaimana bentuk, metode dan corak tafsir Samudrah al-Fatihah?
4.      Bagaimana tehnik penyajian dan contoh di dalam kitab tafsir SAmudrah al-Fatihah?



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Riwayat hidup Bey Arifin
Bey Arifin lahir di Padang PanjangSumatera Barat di jantung Minangkabau Sumatera Baratpada tanggal 05 Maret1925 dan beliau wafat pada tangal 02 september 2010, satu tahun sebelum pemberontakan komunis pada tahun 1926, dan tiga tahun sebelum peserta Konferensi Pemuda pada tahun 1928.
Bey Arifin adalah salah satu dari delapan bersaudara, lima anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Ayahnya adalah seorang pengawas sekolah dalam pemerintahan Belanda.
Kesungguhan Bey Arifin dalam menggali berbagai macam ilmu sudah tampak ketika ia masih muda, terbukti Bey Aifin telah melakukan banyak perjalanan keberbagai negeri seperti Jepan, Belanda dan Amerika Serikat.
Bey Arifin sewaktu masih di Japan ia termasuk salah satu dari sangat sedikit ulama agama Islam di Jepang yang bisa kuliah tentang Islam sebagai agama dan budaya dalam bahasa Jepang. Dan ia dibanjiri dengan undangan untuk menulis artikel atau memberikan ceramah tentang Islam. Di samping program pada Politik Jepang modern Domestik dan Internasional, ia mengembangkan kursus pengantar tentang Islam, dan Agama dan Kebudayaan Asia Tenggara.
Sekembalinya ke Indonesia pada tahun 1998.Ia mencurahkan energinya untuk tetap aktif, administrasi TK, mengajar, menulis, membaca secara luas, dan di atas semua memenuhi dengan cinta dan peduli semua tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga besar,ke tingkat yang berbeda dari spektrum pendidikan. Dengan putrinya Mulyati Bey, ia mendirikan TK Islam, Taman Kanak-Kanak Islam Arif Mulya di pinggiran Jakarta Bukit Modern. Ini adalah lembaga yang sangat dihormati, dan terus berkembang. Pada tahun 2000, pada hari ulang tahun ke-75, ia menambahkan sentuhan akhir untuk karirnya dengan melakukan ibadah haji dengan putrinya.
Sebagai cendikiawan muslim  Bey Arifin adalah seorang yang sangat produktif menghasilkan karyadan memiliki wawasan yang cukup luas, tidak hanya terbatas pada bidang tafsir saja, tetapi juga dalam sejarah, teologi, tasawwuf dan lain-lain.Diantara karya yang dimaksud adalah :
1.      Rangkaian ceritera dalam Al-Qur'an
2.      Mengenal Tuhan, jilid 1
3.      Hidup sesudah mati
4.      Rahasia ketahanan mental dan bina mental dalam Islam
5.      Wawasan hirup sabada maut
6.      Wawasan sejarah anbia
7.      Kumpulan Khutbah1
8.      Kumpulan Khutbah 2
9.      Kumpulan Khutbah 3
10.  Samudra Al-fatihah
B.       Sumber Tafsir
Matode Bey Arifin dalam menafsirkansurah al-Fatihah adalah merupakan sekian dari metodologi ideal yang banyak digunakan dalam bidang tafsir. Menurutnya, metodologi yang paling tepat dalam menafsirkan Al-quran adalah,
  1. Tafsir Al-quran tarhadap tafsir Al-quran itu sendiri.
  2. Menggunakan sunnah yang merupakan penjelas Al-quran, bilamana tidak ditemukan ayat lain yang menjelaskan.
  3. Qoul As-shahabah, bila dalam Al-quran dan sunnah tidak ditemukan pembahasannya. Karena para sahabt mengetahui banyak sebab-sebab ayat itu diturunkan dan kondisi pada waktu itu.
  4. Referensi tabiin bila dalam Al-quran,  sunnah dan qoul sahabat tidak ditemukan tafsirnya.
            Mengenai sumber penafsiran Bey Arifin, dapat dinyatakan bahwa tafsir Samudrah al-Fatihahbukan sepenuhnya ijtihad Bey Arifin sendiri. Hasil ulama terdahulu dan kontemporer, penemuan-penemuan ilmiahpara saintik, serta pandangan-pandangan mereka sungguh Bey Arifin nukil, khususnya pandangan pakar tafsir Ibnu Katsir (Imam Ismail Ibnu Katsir), demikian juga karya tafsir tertinggi al-Kabir(Imam Fakhrur Raazy). Ahmad Mustafa al-Maraghy, dan tidak ketinggalan pula tafsir fi Zhilaalil Quran (Sayyid Quttub), dan beberapa pakar tafsir lainnya.
C.      Bentuk, metode dan corak tafsir

1.      Bentuk penafsirannya
Tafsir surahal-Fatihah karya Bey Arifin ini termasuk tafsir yang berukuran menengah.Isinya mencoba memadukan antara tafsir bi al-ma’tsur dan bi al-ra’yi sekaligus.Artinya bahwa Bey Arifin tidak hanya memasukkan riwayat-riwayat dari Nabi dan para sahabat dalam menafsirkan Al-Qur’an, yang menjadi ciri khas dalam penafsiran bi al-ma’tsur, namun juga menggunakan ijtihad untuk memperjelas analisisnya atau memperkuat argumentasinya.Jadi bentuk tafsir yang dipakai oleh Bey Arifin dalam tafsirnya adalah memadukan antara tafsir bi al-ma’sur dan bi al-ra’yi secara bersamaan.
2.      Metode Penafsirannya
Metode penafsiran yang yang digunakan oleh Bey Arifin dalam menulis kitab Samudrah al-Fatihah adalah metode analitis (Tahlili).Yang dimaksud dengan metode analisis ialah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Jadi, ”pendekatan analitis” yang dipakai oleh Bey Arifin membahas surah al-Fatihah ayat demi ayat, sesuai dengan rangkaian ayat yang tersusun di dalam surah al-Fatihah. Maka, Bey Arifin denga memakai pendekatan ini mengikuti ayat demi ayat surah al-Fatihah dan menjelaskannya dengan cara sedikit demi sedikit, dengan menggunakan alat-alat penafsiran yang ia yakini efektif seperti mengandalkan pada arti-arti harfiah, hadis atau ayat-ayat lain yang mempunyai beberapa kata atau pengertian yang sama dengan ayat yang sedang dikaji, sebatas kemampuannya di dalam membantu menerangkan makna bagian yang sedang ditafsirkan, sambil memperhatikan konteks naskah tersebut.
Bey Arifinmemakai metode tahlili dalam tafsirnya berusaha untuk menerangkan arti ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya, berdasarkan urutan-urutan ayatnya, dengan menonjolkan kandungan lafadz-lafadznya, hubungan ayat-ayatnya, sebab turunnya, hadis-hadis yang berhubungan dengannya, pendapat-pendapat para mufassir terdahulu dan mufassir itu sendiri diwarnai oleh latar belakang pendidikan dan keahliannya.
3.      Corak Penafsirannya
Yang sangat unik dari tafsir Samudera al-Fatihah ini adalah model tafsirnya yang bercorak tafsir ilmiy atau ilmu pengetahuan. Hal ini sangat berbeda sama sekali dengan kebanyakan tafsir yang ada di Indonesia ketika menafsirkan al-Fatihah.
Seperti yang telah diketahui bahwa tafsir ilmiy adalah tafsir yang menggunakan teori-teori ilmu pengetahuan atau hasil temuan-temuan ilmiah sebagai pendekatan dalam menafsirkan al-Qur’an.Dalam corak tafsir ilmiy ini seorang mufassir dalam melengkapi penafsirannya terhadap ayat-ayat al-Qur’an dengan teori-teori sains.Usaha yang dilakukan untuk menjelaskan al-Qur’an ini rasanya bisa dipahami mengingat di dalam al-Qur’an sendiri terdapat banyak isyarat ilmiah.Begitu juga dengan Samudera al-Fatiah, Bey Arifin menggunakan temuan-temuan sains untuk menjelaskan salah satu ayat dalam surah tersebut.
Tidak dapat dipungkiri memang banyak bertebaran dalam al-Qur’an yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (ayat kauniyah). Salah satunya seperti adalah tentang alam semesta, yakni perputaran matahari, bumi, serta planet-planet lain dalam garis edarnya secara teratur, dan ayat tentang proses penciptaan manusia, yakni percampuran antara sperma dan ovum.
Begitu pula dengan apa yang dilakukan oleh bey arifin untuk menafsirkan al-Fatihah. Ia menggunakan teori-teori ilmu pengetahuan atau hasil temuan-temuan ilmiah sebagai pendekatan dalam menafsirkan al-Qur’an. Dalam tafsirnya Bey Arifin melengkapi penafsirannya terhadap ayat-ayat al-Qur’an dengan teori-teori sains. Dam seperti yang kita tahu, al-Qur’an sama sekali tidak bertentangan dengan temuan-temuan sains. Seperti yang dikatakan oleh Quraish Shihab, “membahas hubungan antara al-qur’an dan ilmu pengetahuan bukan melihat, misalnya, adakah teori telativitas atau pembahasan tentang luar angkasa tercantum di dalam al-Qur’an, tetapi yang lebih utama adalah melihat adakah jiwa atau nilai-nilai al-Qur’an yang menghalang-halangi terhadap ilmu pengetahuan atau sebaliknya.”
D.      Tehnik Penyajian dan Contoh
Adapun tehnik penyajiandari tafsir Samudrah al-Fatihah, yaitu menjelaskan tempat turunnya, bilangan ayatnya, perkataan-perkataan yang terdapat didalamnya, kemudian menyebut satu atau beberapa ayat, lalu mengulas munasabah antara satu ayat dengan ayat sesudahnya, sehingga pembaca dapat terfokus pada satu topik tertentu pada sekumpulan ayat.
Setelah itu Bey Arifin mulai menjelaskantafsinya dengan menggunakan temuan-temuan sains untuk menjelaskan salah satu ayat dalam surah tersebut. Hal ini dapat dilihat ketika ia menafsirkan ayat pertama dari surah al-Fatihah, yakni:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”
Alam Semesta (al-‘alamin)
Dalam menjelaskan kata al-alamin inilah Bey Arifin menggunakan temuan-temuan sains untuk melengkapi penafsirannya.Ia menjelaskan, bagaimanapun hebatnya ilmu pengetahuan yang telah dicapai manusia, tentunya masih sangat sedikit dibandingkan dengan luasnya alam raya ini. Masih banyak sekali yang belum diketahui manusia jika dibandingkan dengan apa yang sudah diketahui.
Bahkan pengetahuan tentang manusia sendiri pun masih sangat sedikit, apalagi tentang alam raya, tentang bumi, tentang planet-planet, bintang dan ruang angkasa secara keseluruhan (walaupun ilmu pengetahuan manusia yang sudah dicpai saat ini jauh melampaui dan lebih maju dari masa-masa sebelumnya). Seperti yang terdapat dalam firmannya Q.S. al-isra’: 85
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”
Selanjutnya, untuk menjelaskan kata al-alamin, Bey Arifin dalam tafsirnya membagi alam menjadi dua yakni alam nyata dan alam ghaib, namun pembahasan ini lebih memfokuskan pada yang pertama, yakni alam nyata.Alam nyata adalah semua alam yang dapat ditangkap dengan panca indera manusia, yakni semua alam yang terdiri dari benda, baik padat, cair, maupun gas.Alam nyata juga terbagi menjadi dua yakni alam kosmos (alam raya) dan alam mikros (alam halus). Dalam menafsirkan kata al-alamin inilah akan terlihat dengan jelas pendekatan ilmiy yang digunakan Bey Arifin untuk menafsirkan al-Fatihah.
Alam Kosmos
Seluruh alam yang dapat kita tangkap dengan panca indera ini dinamai dengan “kelompok matahari”, karena mataharilah yang menjadi induk, dari tata surya galaksi bima sakti. Mataharilah yang memberi penerang bagi bumi ini, bila matahari terbit bumi yang diselimuti gelap malam menjadi terang benderang.Selain itu, matahari pulalah yang menjadi sumber kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi.Betapa tidak, jika tidak ada matahari maka tidak ada kehidupan bagi tumbuhan (yang membutuhkan sinar matahari untuk berfotosintesis). Begitu juga dengan kehidupan binatang dan manusia, karena jika tidak ada sinar matahari pastinya kehidupan di bumi akan mati terkubur oleh es.
Selain itu, disekitar matahari masih terdapat 9 planet (yang di antaranya adalah bumi) dan 22 satelit yang masing-masing berputar mengelilingi matahari dengan jarak yang berbeda-beda. Kesemuanya itu berputar mengelilingi matahari dalam garis edarnya masing-masing dengan sangat teratur mengikuti hukum yang telah ditentukan Allah. Seperti dalam firman-Nya Q.S. Yasin: 38
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
Terasalah bagi kita bagaimana hebatnya ilmu dan hukum-hukum Allah yang berlaku pada dunia ini khususnya planet-planet yang berputar di garis edarnya dengan sangat teratur tanpa terjadinya tabrakan dengan planet lain. Semuanya bergerak dan beredar dalam masa yang berabad-abad lamanya, tetap tidak berubah dalam jarak tertentu.
Alam Mikros
Belum habis ketakjuban kita melihat kuasa dan ilmu allah yang terhampar dalam alam kosmos (alam raya), kita juga akan takjub ketika kita melihat ilmu Allah yang ada pada alam mikros (alam halus). Salah satu penafsirannya tentang alam mikros ini dijelaskan dengan proses penciptaan manusia yakni proses percampuran antara sperma dan ovum.
Proses percampuran antara sperma (cairan yang sedikit kental dan keputih-putihan yang keluar dari alat kelamin laki-laki) dan ovum atau sel telur terjadi saat persetubuhan antara laki-laki dan perempuan. Sperma masuk lewat alat kelamin wanita untuk kemudian bercampur dengan sel telur atau ovum yang terdapat dalam rahim wanita.
Sperma terdiri dari 100 sampai 500 miliar makhluk-makhluk halus yang dinamai spermatozoa. Masing-masingnya adalah berupa makhluk-makhluk hidaup yang panjangnya 0.05 mm, mempunyai leher, badan, kepala dan ekor yang bergerak dengan kecepatan 2 sampai 3 mm permenit. Ia bergerak memasuki sebuah saluran dalam vagina menuju peranakan (uterus) untuk bercampur dengan ovum.
Apabila satu saja sel sperma sudah bercampur dengan ovum atau sel telur, maka terjadilah yang namanya proses pembuahan atau kehamilan. Sperma dan ovum yang sudah menjadi satu itu dari hari ke hari kemudian berkembang dan berubah menjadi janin atau bakal manusia.Dan sesudah berjalan waktu selama 9 bulan 9 hari (umumnya), maka lahirlah kemudian bayi manusia. Seperti yang terdapat dalam firman-Nya Q.S. at-Thariq: 6-7
خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ . يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ
Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.”
Dari tafsirannya terhadap kata al-alamin di atas, terlihat dengan jelas sekali pendekatan ilmiy (ilmu pengetrahuan) yang digunakan Bey Arifin untuk menafsirkan al-Fatihah.Ia menggunakan teori-teori ilmu pengetahuan atau hasil temuan-temuan ilmiah sebagai pendekatan dalam menafsirkan al-Qur’an. Dalam tafsirnya Bey Arifin melengkapi penafsirannya terhadap ayat-ayat al-Qur’an dengan teori-teori sains.


BAB III
KESIMPULAN
1.    Bey Arifin lahir di Padang PanjangSumatera Barat di jantung Minangkabau Sumatera Barat pada tanggal 05 Maret1925 dan beliau wafat pada tangal 02 september 2010, satu tahun sebelum pemberontakan komunis pada tahun 1926, dan tiga tahun sebelum peserta Konferensi Pemuda pada tahun 1928.
2.    Sumber penafsiran Bey Arifin bukan sepenuhnya ijtihad Bey Arifin sendiri. Hasil ulama terdahulu dan kontemporer, penemuan-penemuan ilmiah para saintik, serta pandangan-pandangan mereka sungguh Bey Arifin nukil, khususnya pandangan pakar tafsir Ibnu Katsir (Imam Ismail Ibnu Katsir), demikian juga karya tafsir tertinggi al-Kabir (Imam Fakhrur Raazy). Ahmad Mustafa al-Maraghy, dan tidak ketinggalan pula tafsir fi Zhilaalil Quran (Sayyid Quttub), dan beberapa pakar tafsir lainnya.
3.    Bey Arifin dalam tafsirnya Samudrah al-Fatihah adalah memadukan antara tafsir bi al-ma’sur dan bi al-ra’yi secara bersamaan sedangkan Metode penafsiran yang yang digunakan oleh Bey Arifin dalam menulis kitab Samudrah al-Fatihah adalah metode analitis (Tahlili). Adapun bentuk tafsi dari tafsir Samudah al-Fatihah adalah model tafsirnya yang bercorak tafsir ilmiy atau ilmu pengetahuan.
4.    Adapun tehnik penyajian dari tafsir Samudrah al-Fatihah, yaitu menjelaskan tempat turunnya, bilangan ayatnya, perkataan-perkataan yang terdapat didalamnya, kemudian menyebut satu atau beberapa ayat, lalu mengulas munasabah antara satu ayat dengan ayat sesudahnya, sehingga pembaca dapat terfokus pada satu topik tertentu pada sekumpulan ayat. Setelah itu Bey Arifin mulai menjelaskan tafsinya dengan menggunakan temuan-temuan sains untuk menjelaskan salah satu ayat dalam surah tersebut.


Daftar Pustaka
Arifin, Bey Samudah al-Fatihah(Bandung :Bina Ilmu,1965)
Mustaqim, Abdul. Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran al-Qur’an Periode Klasik Hingga Kontemporer. (Yogyakarta: Nun Pustaka. 2003)
Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika Hingga Ideolgi.(Bandung: Teraju. 2003)
Arifin, Bey Rangkaian ceritera dalam Al-Qur'an(Bandung: Al-Ma’arif, 1986)
Arifin, Bey Mengenal Tuhan, jilid 1(Bandung: Sina Bandung, 1961)
Arifin, Bey Hidup sesudah mati(Jakarta: Kinta, 1977)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar