“Sukses
Terbesar Dalam Hidupku”
Man
Jadda Wa Jada “siapa yang bersungguh-sungguh, maka pasti ia
akan berhasil”. Kalimat tersebut adalah sebuah pepatah Arab yang sering di
sampaikan oleh guruku pada saat saya masih nyantri di pesantren. Bermula dari itu,
kalimat inspirasi tersebut selalu saya jadikan sebagai mantra sakti untuk
mendorong rasa semangat dan optimis saya dalam menjalani hidup dengan penuh
harapan akan masa depan. Bagi saya, Man Jadda Wa Jada bukan hanya
sekedar kata-kata motivasi, akan tetapi juga sebagai filosofi hidup untuk tidak
menyerah terhadap kondisi apapun yang dihadapi demi meraih kesuksesan di masa
depan.
Semua
orang menginginkan yang namanya sukses, kalau kita ditanya, hal apakah yang
paling diinginkan di dunia ini, jawabanya yaitu pasti sukses karena tidak ada orang yang ingin gagal dalam hidupannya. Setiap
orang memiliki persepsi masing-masing dalam memaknai sebuah kesuksesan. Pada
umumnya, sukses selalu diidentikkan sama dengan keberhasilan, capaian,
perolehan atau mendapatkan kebahagiaan baik itu karena kekayaan, penghargaan,
status ataupun jabatan, dan umunya bersifat materi. Menurut saya, sukses adalah
ketika kita menjadi pribadi yang menginspirasi dan bermanfaat bagi orang lain dengan
lingkungan sekitar, bukan hanya sekedar capaian keberhasilan, akan tetapi juga
sukses yang dapat membawa kebahagiaan dan pengaruh baik bagi lingkungan sekitar
kita. Tanpa bisa memberikan manfaat kepada
orang lain, kesuksesan itu kurang memiliki makna.
Selepas
tamat dari bangku sekolah dasar, Ayah memutuskan untuk membawa saya ke sebuah Pondok
Pesantren di Sulawesi Barat. Lokasi yang cukup jauh dari halaman tempat
tinggalku. Di mana ketika
banyak dari temanku melanjutkan studi ke sekolah-sekolah negeri yang begengsi,
sementara saya harus berpisah dengan mereka dan lebih memilih dunia baru dengan
teman-teman baru yang asing bagiku. Sejak itu usia saya baru
menginjak 13 tahun. Dan,
kali pertama dalam hidup ini ditinggal ibu di tempat yang serasa asing. Seakan-akan
rasanya saya tengah di buang oleh orang tua saya. Saya merasa belum siap hidup
tanpa ibu.
Saya
masih ingat betul ketika pertama kali menginjakkan kaki di pesantren. Hari-hari
pertama menjalani kehidupan disana terasa sangat berat dan merasa tertekan
karena kehidupan kita diatur selama 24 jam perhari selama seminggu. Harus
shalat berjamah, mengaji, bangun di jam 03:30 pagi dan begitu banyak kegiatan
yang tidak terbiasa bagiku. Pesantren seakan menjadi
penjara suci bagiku. di mana kita hidup serba terikat, dengan berbagai aturan,
kegiatan padat dengan sanksi yang berat, hidup serba terbatas, makan pun hanya sekedarnya
saja.
Sukses terbesar dalam hidupku
adalah survive, yaitu dapat hidup mandiri dengan kondisi jauh dari orang
tua. Tidak semua santri bisa betah tinggal mondok di Pesantren karena pada
dasarnya kehidupan di Pondok Pesantren jauh lebih berat dibandingkan dengan
kehidupan di sekolah umum. Sejak awal, para santri dididik mandiri, sehingga kita
dituntut memiliki keterampilan hidup bermacam-macam. Tantangannya mulai dari
proses latihan kemandirian, disiplin diri yang kuat, hingga adaptasi terhadap
lingkungan yang baru dengan teman yang beragam. Tidak kerasan/betah juga muncul
karena aturan pondok yang ketat jika dibandingkan dengan kehidupan mereka
sebelumnya yang serba-bebas, termasuk keterbatasan fasilitas, sarana dan
prasaran. Namun, dengan penuh sabar dan belajar sungguh-sungguh akhirnya saya
bisa melalui ini semuanya. Ini saya lakukan demi untuk menyiapkan masa depan
yang gemilang. Karena masa depan bangsa ini, sangat tergantung dari bagaimana para
generasi mudanya menyiapkan diri.
Sebagai
seorang yang tumbuh dan dibesarkan di lingkungan pesantren, sejak kecil saya
banyak belajar terhadap nilai-nilai pesantren. Menurut saya nilai-nilai
pesantren yang banyak memperngaruhi saya adalah semangat pengabdian pada
masyarakat. Dan itu ditambahkan pada nilai lain yang memang menjadi karakter
pesantren yaitu keikhlasan. Semangat pengabdian melayani umat inilah yang
mendorong saya untuk mengabdikan diri pada kegiatan-kegiatan sosial dan dunia
volunteer. Dengan menjalani kehidupan seperti ini saya menganggap jalan hidup
saya lebih bermanfaat. Kedepanya besar harapan saya beasiswa
LPDP ini menjadi sarana saya untuk meraih kesuksesan selanjutnya dalam
kehidupan saya serta memungkin saya memberikan kontribusi yang lebih untuk
bangsa dan negara Indonesia di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar